dahulu kau sering
menampal kirmizi bibirku
dalam setiap bait
puisimu
katamu:
“Ada senyum bidadari
di setiap puisi
yang dibaitkan melintasi hujung
hati
ia panah mati”
kini kirmizinya
pudar
kau gusar
meninggalkan aku
yang jatuh tersasar.
KAMAR IMPIANA,
PJ
18/5/2016
No comments:
Post a Comment