BILA CINTA KERANA ALLAH...

‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
(DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG)

Tuesday, May 31, 2016

BERKELANA DALAM BISIK ANGIN

(Mengenang kepulanganmu, sahabat)
12/12/1990-28/5/2016

hari ini aku berkelana
dalam bisik-bisik angin
bertanya tentang riuh perasaan
mengenang kepulanganmu, sahabat
ke negeri abadi

aku hanya mampu menghantar rindu
kenangan-kenangan yang tidak palsu
jatuh dalam pasungan air mata pilu
betapa kita punya beberapa waktu
untuk larut dan saling mengingati
berpesan-pesan tentang hal kebaikan
sebelum riwayat terhenti

mengenangmu,
aku mengenang akan ilmu
ketika kita saling berebut
untuk mendapat nombor satu
dan ketika kita saling berdebat
untuk menjadi orang-orang hebat

sahabat,
akan aku bawa semangatmu
untuk terus mencintai ilmu
di mana-mana sekalipun,
semangatku tidak akan kaku.



 KAMAR IMPIANA, PJ
28/5/2016

Wednesday, May 25, 2016

SEWAKTU MEREKA ADA

(untuk Husna, Faiz, Fatimah dan adik)

sewaktu aku pulang kerja
mereka yang setia menunggu di tangga
pelukan mereka memerai bahagia
suara teriakan mereka menghapus haus dahaga
senyuman mereka mengajar banyak makna
akan kehidupan yang kita berbahagi rasa

sewaktu mereka ada
mereka adalah sumbu cinta
yang suci, mekar menyala

di mana-mana,
moga kalian tumbuh membesar dengan ceria.


Tuesday, May 24, 2016

KATA-KATA KEPADA KESEDIHAN






saat aku mahu terlelap dengan mimpi indah
kata-kata membuat mindaku gundah
ada kata-kata yang beratur
maju ke ruangan tidur
kata-kata adalah wajah kesedihan
yang membuat hati tetap terus bertahan

kata-kata kepada kesedihan:
“ hati ini adalah bulan berwajah suram,
kenapa kau sanggup meranapkannya jadi terus muram?”

hey kata-kata:
“biarlah yang terluka hanya hati,
jangan yang berduka itu diri”


KAMAR IMPIANA, PJ
24/5/2016



Monday, May 23, 2016

CENDAYAM SENYUM



satu waktu dahulu
cerita tujuh bulan lalu
cendayam senyumanku
yang menggoda rindu
telah membungkus sepimu
bentuk rasanya bergentar di hatimu
bertaburan di setiap penjuru fikiranmu;

         dan kau terlalu asyik bertanya tentangnya
         menjadi rusuhan dalam kecelaruan dada
         betapa kau merasa itu suatu cinta

walhal;
itu simbol gelora sukmamu
hanya suara hakikat nafsu.


KAMAR IMPIANA, PJ

KEPADA KESEPIAN



kepada kesepian;
hari ini aku meminum madu
yang tertumpah dari rindu

kesepian telah menghantar jasadku jauh
dari ruangan sepi yang riuh.

SI BUTA YANG MENULIS SAJAK




akulah si buta yang menulis sajak
dengan tulisan-tulisan tanpa jejak
sajak-sajak yang mereka cari
dan sebahagian jiwaku yang mereka curi.


Friday, May 20, 2016

KETIKA DALAM HUJAN



ketika dalam hujan
pada suatu pagi musim dingin
telah aku abadikan ingatan
paksi dan harapan
memisahkan garisan

ketika dalam hujan
aku merasa hal kebenaran
tentang sebuah senyuman menawan
semuanya hak mutlak milik tuhan

ketika dalam hujan
aku mengabdikan memori perjalanan
sang musafir yang jatuh cinta pada keadaan.

KAMAR IMPIANA, PJ
20/5/2016

Thursday, May 19, 2016

WAKTU




                            

                              waktu akan merawat luka
                              masa akan menyembuh duka

                 waktu telah membawa kita
                 mengenal antara suka dan cinta

         masa telah memberi kita
         persoalan antara benci dan derita

waktu dan masa
yang diperlu menuju dewasa.

KAMAR IMPIANA, PJ
19/5/2016

RAKSI HARAP YANG MEWANGI



Ada raksi yang mengharum
seperti cinta yang kekal ranum;
            tumbuh berjelaga dalam nafas naifku
            terus-terusan menggoda rindu

pulangkanlah jasad dan jiwaku
seperti dahulu dan yang lalu
sama seperti waktu
aku tidak pernah mengenalimu.

KAMAR IMPIANA, PJ
19/5/2016



MELUR YANG TERKESIMA






setelah aku letih menanam kudrat
mengharap kau menggenggam tanganku erat

         “ kau angankan tulip di seberang lautan
             cantik dan wangi melur di laman
               tidak diendahkan”

akulah melur yang terkesima layu
apabila kau menyiram noda rindu.

KAMAR IMPIANA, PJ
19/5/2016


Wednesday, May 18, 2016

KIRMIZI DI BIBIRKU



dahulu kau sering menampal kirmizi bibirku
dalam setiap bait puisimu

katamu:
            “Ada senyum bidadari
              di setiap puisi
              yang dibaitkan melintasi hujung hati
              ia panah mati”

kini kirmizinya pudar
kau gusar
meninggalkan aku yang jatuh tersasar.

KAMAR IMPIANA, PJ
18/5/2016

PEREMPUAN YANG MENGEJAR MATAHARI


setiap pagi,
di dalam doanya dini
perempuan itu mahu menyunting matahari
hasratnya mahu membawa ke denyut nadi

siang hari,
perempuan itu setia berlari
polos mengejar sang matahari

malam hari,
perempuan itu berdoa dalam mimpi
agar dikabulkan segala permintaan hati

keesokan hari,
perempuan itu hanya mengejar sepi
sisa yang ditinggalkan matahari.

KAMAR IMPIANA, PJ
18/5/2016

DI SEBUAH MUSIM



di sebuah musim
dia menatap wajah bulan
sedalamnya;

di wajah bulan
dia membaca takdir diri
lalu dia pun mengerti
hatinya terperangkap sepi

         dia hanya pungguk yang tidak
         dimahukan lagi.
   

 KAMAR IMPIANA, PJ
18/5/2016        

MENJADI PERSAMAAN



kau datang menghulur air
dari dalam sebuah cangkir
        setelah aku terlalu lelah dan luka mengejar
        setia dulu yang telah terbakar

katamu:
       kita menjadi persamaan
       dalam ikatan kesetiaan

aku tersenyum meminum angan
yang digulakan keikhlasan.

KAMAR IMPIANA, PETALING JAYA
18/5/2016

SEPI SI GADIS



gadis itu mengatur langkah ke rumah sepi
matanya redup
mengharungi badai
       dalam pasrah pelayaran emosi
       jiwanya mengulum gelombang rasa
       bercampur baur lelah dan luka

dia membiarkan hujan menjamah diri
sedang denyut nadi
dan suara getaran hati
terus tergantung sendiri

sepi.

KAMAR IMPIANA, PETALING JAYA
18/5/2016

Tuesday, May 17, 2016

TAKDIR YANG SALAH



perempuan itu berkeluh
akan takdir yang salah

“ takdir yang salah bersama kita,
mewujudkan sebuah lara cinta”

dan perempuan itu menyapu air mata pilu
untuk membunuh semua rindu
agar luruh direntap waktu.


KAMAR IMPIANA, PJ
17/5/2016


NOTA DI DALAM KATA-KATA



saat aku berpayung dari panas mentari
dalam perjalanan ke kedai kopi
di hujung meja aku menulis puisi
sambil kejap memegang sebuah nota
di dalamnya riuh suara kata-kata
bergelimpangan di minda menjadi cinta

tetapi aku hanya mahu menghirup bau kopi
bau-bau keresahan yang melekit pada diri
dan kata-kata di kepalaku menjadi puisi

saat berperang dingin dengan kata-kata
ia telah membunuh kesepianku yang renta
ada kopi dan puisi menjadi haruman setia
mendikit di dalam hangatnya resah dada


OLD TOWN WHITE COFFE, PJ
16/5/2016


GERIMIS KELMARIN






lupakah kau pada gerimis kelmarin
saat salam kau masih terkirim
oleh bayangan rindu
yang figura tubuhnya bisu

kau lupa mendongak langit hari ini
segalanya kelam dalam dini
tali hanya pengikat janji
yang berkulum terikat belum pasti

janganlah kau merayu seperti pengemis
biarlah tubuh basah terkena gerimis
daripada mata bengkak kerana menangis.


KAMAR IMPIANA, PJ
17/5/2016